mutiara dari ayah

>> Minggu, 17 Januari 2010


ini bukan tentang mutiara yang bulat berkilau berbentuk butiran yang diberikan seorang ayah padaku. Tapi ini lebih indah lebih berkilauan dari itu. sebuah mutiara terindah yang takkan hilang ditelan waktu, kusam ataupun lapuk.

terimakasih ayahku
ini sangat berarti untukku




tiga tahun yang lalu...
hanya aku dan ayahku
saat itu hatiku tak tenang dan tak pernah tenang
bagaimana tidak?? aku difitnah teman terdekatku . Saat itu aku merasa sangat sendiri tak ada yang hiraukan hujan tangisku dulu
tak ada yang memberiku saran. hanya kata "sabar" yang terus mereka ucapkan. Namun tak ada satupun yang memberitahuku bagaimana caranya. Sambil terus bersimpuh diatas sajadah dan balutan mukena ku minta petunjuk padaNYA
berhari-hari...
berbulan-bulan...
penantianku masih berlanjut. Tak tahan ku simpan, kungkapkan semua itu pada sang ayah. Kumenangis, kumenghujan
saat itulah semua mengalir....

sang ayah menjawab
ada cerita tentang kerang dilaut lepas. Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengaduh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. Anakku, kata sang ibu sambil bercucuran air mata, Tuhan tidak memberikan pada kita bangsa kerang sebuah tanganpun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu. Sakit sekali, aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat, kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya.

Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar. Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengkilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.
ibu kerang tersenyum,


ayahku pun tersenyum
Abi : anggaplah pasir itu sebuah mutiara, sekarang una lebih milih jadi kerang mutiara atau mau jadi kerang rebus yang harganya jauh lebih murah dibanding kerang mutiara??
una : ....

setelah itu aku hanya terdiam, berkutat dengan pikiranku sendiri
dan mulai saat itu aku bertekad menjadi sepertinya
seperti KERANG MUTIARA












ada yang berminat..................????????

0 komentar:


About This Blog

geraaaaaaaaaaaaaahhh........

mencoba melakukan penghijauan

tapi tetep ajah panas

huuuft..

suka ajjah....

abLuMin pHoto


  © Blogger templates Palm by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP